Blora- Menjamas atau mencuci pusaka merupakan salah satu tradisi yang banyak dilakukan pada Bulan Suro. Selain untuk memelihara kondisi pusaka, menjamas juga merupakan wujud pelestarian budaya.
Kepada Bloranews.com, Yanto (51) penjamas pusaka asal Desa Bleboh Kecamatan Jiken Kabupaten Blora memaparkan tata cara menjamas keris. Pria ini telah berpengalaman menjamas pusaka sejak belasan tahun silam, Kamis (12/09).
Tahapan pertama, keris direndam ke dalam air yang telah dicampur dengan Lerak (Sapindus rarak Dc) dan air jeruk nipis. Namun, bisa juga direndam ke dalam air kelapa dan buah pace. Tujuannya, untuk melunturkan karat pada keris. Proses ini dinamakan proses mutih.
“Biasanya, keris ‘kan ada karatnya. Nah itu harus direndam dulu supaya karatnya luntur,” terang Yanto.
Selanjutnya, keris yang telah direndam, kemudian diangkat dan dibersihkan karatnya dengan menggunakan sikat halus. Setelah karat yang menempel dibersihkan, keris kemudian dikeringkan dan dilakukan tahapan selanjutnya, warangan.
Warangan adalah merendam keris ke dalam larutan Arsenik Trioxide dan air jeruk nipis. Tujuannya, untuk membuat keris lebih awet dan mencegah adanya karat. Setelah dilakukan warangan, keris akan tampak lebih indah.
“Setelah diwarang, pamor keris akan berwarna putih. Bagian besi akan berwarna hitam, dan bajanya akan berwarna kelabu,” pungkasnya.
Secara keseluruhan, proses mutih akan membutuhkan waktu lebih lam antara 3 hari hingga satu minggu tergantung karat yang menempel pada keris. Sedangkan proses warangan akan membutuhkan waktu lebih singkat. (jyk)