Blora- Perubahan air yang terjadi di sungai Bengawan Solo wilayah Kabupaten Blora membuat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat angkat bicara. Kondisi terakhir, air di kawasan ini berwarna hitam pekat dan berbuih.
“Sudah kita pantau, tapi kita belum mengambil sampelnya. Jadi belum diteliti,” ucap Kepala DLH Blora, Dewi Tedjowati saat ditemui di kantornya, Rabu (11/09).
Menurut Dewi, pihaknya bersama sejumlah lembaga terkait, sejak Maret 2019 telah mendapati kondisi air di Bengawan Solo mengeruh. Hingga saat ini, tercatat telah dilakukan 3 kali uji sampel air dari lokasi tersebut.
“Yang pertama, Jasa Tirta melakukan uji sampel air pada Maret lalu dan hasilnya masih standar baku mutu air. Kemudian, bulan April DLH Jateng melakukan uji sampel dan hasilnya juga sama,” imbuhnya.
Pada Agustus lalu, DLH Blora melakukan uji sampel air Bengawan Solo dan mendapati adanya unsur kandungan logam pada air tersebut. Meski demikian, kondisi air bulan Agustus lalu belum terlalu berbahaya dan aman digunakan.
“Nah, yang terakhir itu dari DLH Provinsi. Sampai sekarang hasilnya belum keluar,” tambah Dewi.
Perubahan air di Bengawan Solo menjadi perhatian pemerintah lantaran merupakan pemasok air untuk daerah di sekitarnya. Bahkan, air dari Bengawan Solo menjadi air baku untuk produksi PDAM Blora.
Terkait penyebab perubahan air, DLH Blora belum bisa bicara banyak. Hanya saja, ada dugaan air tersebut berasal dari limbah pabrik yang ada di sepanjang sungai ini. Bengawan Solo membentang dan melewati wilayah Jateng-Jatim.
“Kalau wilayah Blora memang tidak ada pabrik atau industri di sekitar Bengawan Solo. Kemungkinan ya di Sragen, Sukoharjo, atau Ngawi. Maka, ke depan kita akan sama-sama dengan DLH Jatim dan Jateng untuk mengkaji ini,” pungkasnya. (jyk)