fbpx

GAGASAN PEMUGARAN MAKAM POTJUT MEURAH INTAN DISUARAKAN SEJAK ERA BUPATI SOEMARNO

Cucu Panglima Mahmud, Sugeng Riyadi (tengah berjenggot) menerangkan sejarah Potjut Meurah Intan
Cucu Panglima Mahmud, Sugeng Riyadi (tengah berjenggot) menerangkan sejarah Potjut Meurah Intan

Blora- Makam pahlawan asal Aceh, Potjut Meurah Intan yang ada di pemakaman Tegalsari Desa Temurejo Kecamatan Blora Kota, Kabupaten Blora, hingga saat ini tak kunjung dipugar. Padahal, gagasan pemugaran makam tersebut telah disuarakan sejak puluhan tahun silam. 

 

Cucu Panglima Mahmud, Sugeng Riyadi (tengah berjenggot) menerangkan sejarah Potjut Meurah Intan
Cucu Panglima Mahmud, Sugeng Riyadi (tengah berjenggot) menerangkan sejarah Potjut Meurah Intan

 

Potjut Meurah Intan bersama dua punggawanya, Tuanku Nurdin dan Tuanku Ibrahim alias Panglima Mahmud dibuang pemerintah kolonial Hindia Belanda, dari Kutaraja (Banda Aceh) menuju Jawa pada 1905 karena perjuangan yang dilakukannya.

Cucu Panglima Mahmud, Sugeng Riyadi (60) mengungkapkan, sebenarnya gagasan pemugaran makam Potjut Meurah Intan telah disuarakan sejak era kepemimpinan Bupati Soemarno (1979-1989).

Gagasan tersebut disuarakan oleh mantan Gubernur Aceh, Prof Ali Hasjmi saat berkunjung ke Blora bersama rombongan. Dalam kunjungan ini, dibahas pula agar makam 3 pahlawan Aceh dikumpulkan dalam satu kompleks.

“Namun, hingga sekarang tidak ada kelanjutannya,” kata Sugeng kepada para pengajar dari Aceh saat berkunjung ke makam Potjut Meurah Intan, Kamis (08/08).

Harapan senada disampaikan tokoh warga setempat, Aiptu Indra Agung Rustiawan. Menurutnya, jika makam pahlawan Potjut Meurah Intan dipugar, maka akan membuat para peziarah semakin nyaman. Hal ini, akan meningkatkan kunjungan ke desa setempat.

“Kami sebagai tokoh masyarakat tentu mendorong hal ini. Pemugaran makam ini, bukan hanya untuk kenyamanan peziarah, tetapi juga merupakan penghormatan kepada pahlawan yang berjuang membela tanah air,” kata anggota Satreskrim Polres Blora tersebut. (jay)