Blora (17.06.2016) Bulan Ramadhan memiliki nilai spiritual yang mendalam bagi umat islam pada umumnya. Selain memotivasi umat islam untuk beribadah dengan lebih tekun, bulan ramadhan juga menjadi bulan introspeksi bagi umat islam terhadap berbagai aktivitas yang telah dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya.
Sariman Lawantiran alias Eko Arifianto, penggiat lingkungan hidup dan pemerhati sejarah Kabupaten Blora menekankan pentingnya muhasabah (introspeksi) bersama dalam menyikapi berbagai wacana pertambangan yang ada di Kota Sate ini.
Menurutnya, aktivitas pertambangan selalu membawa dampak rusaknya sumber daya air dan kelestarian alam. Lebih lanjut, Sariman menekankan bahwa kerusakan alam akibat aktivitas pertambangan memiliki dampak jangka panjang yang mengkhawatirkan.
Bagi Sariman, konsistensi untuk bertahan di tengah gempuran industrialisasi nasional harus menjadi spirit bagi para pengambil kebijakan di Kota Mustika. Sariman menyadari betapa sulitnya mempertahankan kelestarian alam dewasa ini, hal ini karena betapa menggiurkannya godaan untuk mengeksploitasi sumber daya alam Blora.
“Eksploitasi alam Blora memang menggiurkan, tetapi banyak potensi yang dapat kita maksimalkan di luar pertambangan. Pariwisata dan kekayaan arkeologi misalnya, selain melimpah di Blora juga memperkenalkan kekayaan budaya kita untuk generasi mendatang“ tuturnya.
Baru-baru ini, Sariman Lawantiran dan Komunitas Jelajah Blora 2016 menemukan fosil tulang paha belakang gajah purba di dukuh Badongkidul Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo. Penemuan ini membuktikan bahwa di Blora terdapat kekayaan arkeologi yang melimpah dan belum dikelola secara maksimal.
Reporter : Pay Kenthiri
Foto : Koleksi Sariman Lawantiran