Cepu – (31.05.2016) Dalam dunia kajian keagamaan, istilah perbandingan agama merupakan salah satu pilar kajian islam. Kajian perbandingan agama mulai populer pada tahun ’50 – an. Kajian ini muncul atas kebekuan kajian kritis di perguruan tinggi islam di tanah air. Mukti Ali, tokoh kelahiran Cepu 23 Agustus 1923 ini menjadi sentral kajian perbandingan agama setidaknya dalam tiga dasawarsa, 1957–1978.
Sejak kecil, Mukti Ali memiliki perhatian terhadap ilmu – ilmu keislaman. Mulanya, cendekiawan Blora ini mendapatkan pendidikan dari keluarganya sendiri. Kedua orang tuanya adalah anggota Tarekat Qadiriyah, sebuah aliran tasawuf yang mengikuti ajaran–ajaran Syaikh Abdul Qodir al Jilani, seorang ulama sufi abad IX masehi.
Selain itu, Mukti Ali sepanjang 1939 – 1945 belajar di banyak pesantren di Jawa. Pada 1946 Mukti Ali masuk ke STI (Sekolah Tinggi Islam) di Jogjakarta, di kampus ini Mukti Ali diterima di Fakultas Studi Agama. Di kampus ini pula Mukti Ali, mahasiswa asli Cepu kabupaten Blora ini bertemu dengan KH. Mas Mansyur, tokoh Muhammadiyah yang mempengaruhi pemikirannya selama kuliah di Jogjakarta.
Pada 1950, Mukti Ali menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi. Selama berhaji, Mukti Ali mendapati bahwa umat islam di jazirah timur tengah mengalami kebekuan pemikiran. Menyadari hal ini, Mukti Ali mengurungkan niatnya belajar di Arab Saudi, oleh sahabatnya, Imron Rosyadi (Diplomat Indonesia/mantan Ketua GP Ansor) Mukti Ali disarankan untuk melanjutkan belajar di Universitas Karachi Pakistan.
Pada 1951 Mukti Ali pun tiba di Universitas Karachi dan diterima di jurusan sejarah islam. Pada 1955 Mukti Ali berhasil menyelesaikan studinya dan berniat kembali ke tanah air. Saat itu, paradigma keagamaan Mukti Ali masih tradisionalis. Hal ini menyiratkan bahwa pendidikan di Uniersitas Karachi masih memiliki corak tradisionalis dan tidak cenderung pada kajian perbandingan agama.
Sayangnya, niatan kembali ke tanah air mahasiswa kelahiran Balun Sudagaran, Cepu ini ditolak oleh Sekretaris Jendral Partai Masyumi saat itu, Anwar Harjono. Bagi Mukti Ali, Partai Masyumi merupakan partai yang dikaguminya karena keberaniannya memperjuangkan pelaksanaan syariat islam di tanah air.
Penolakan ini membuat Mukti Ali memilih untuk kembali memperdalam ilmu keislamannya di Mc Gill University Montreal, Kanada. Pertemuannya dengan orientalis Amerika yang bernama W.C Smith merubah fondasi paradigma keagamaannya secara signifikan. Paradigma keagamaan yang sepenuhnya baru tersebut merubah wajah pemikiran perguruan tinggi islam indonesia sejak dekade 1970 sampai saat ini [.]
Sumber : Profil ringkas Menteri Mukti Ali oleh Rimbun Natamarga dan profil Prof. Mukti Ali oleh Ali Munhanif
Editor : M. A. Mahrus
Foto : Ilustrasi bloranews.com
BACA JUGA