fbpx

10 ALASAN AKTIVIS BLORA MENOLAK PABRIK SEMEN DI PEGUNUNGAN KENDENG

LASAN AKTIVIS BLORA MENOLAK PABRIK SEMEN DI PEGUNUNGAN KENDENG
aktivis lingkungan melakukan aksi dan mengecor kaki mereka sebagai wujud penolakan pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng. Foto : Sariman Lawantiran

Berikut adalah isi selebaran yang di Bagikan dalam aksi penolakan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng pagi tadi (24/03/2017) di alun-alun Blora  :

  1. Pegunungan Kendeng Utara adalah Sejarah Asal Mula Orang Jawa

Ini diceritakan dalam buku “Sejarah Kawitane Wong Jawa lan Wong Kanung” yang tertulis dalam bahasa Jawa. Inilah sejarah nenek moyang kita. Diamkah kita bila sejarah ini akan dihilangkan.

  1. Pegunungan Kendeng adalah Sejarah Aksara dan Peradaban Jawa

Dalam buku berjudul Java : Past and Present disebutkan bahwa berlabuhnya kapal Ajisaka di Pantai Utara yang merupakan muara sebuah sungai di pulau Jawa-yang waktu masih bernama Nusa Kendeng. Dengan candra sangkala : nir-abu-tanpa-jaler, maka secara metaforis kejadian ini merujuk tahun 0001 Masehi. Dalam penelusuran di pegunungan Kendeng ini ia menemukan tanaman Jawawut, dan untuk mengabadikannya lalu Ajisaka mengubah nama pulau dari Nusa Kendeng menjadi Nusa Jawa. Dalam perjalanannya ia menemukan dua sosok raksasa yang tewas tergeletak di tanah dengan bersimbah darah seperti baru saja terjadi perang tanding adu kedigdayaan. Di tangan satu raksasa yang telah mati tersebut terdapat selembar inskripsi berbentuk huruf Jawa Purwa, sedang pada tangan raksasa lainnya menggenggam  inskripsi dengan huruf berkarakter Jawa Pegon. Ajisaka lalu menyatukan abjad-abjad tersebut hingga genap menjadi 20 aksara Jawa : Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga. Dari penggabungan inskripsi-inskripsi dua kebudayaan dan kejadian inilah sebutan Jawa Dwipa dan Balo-Rah/Balorah/Balora/Blora mulai muncul.

 

LASAN AKTIVIS BLORA MENOLAK PABRIK SEMEN DI PEGUNUNGAN KENDENG
aktivis lingkungan melakukan aksi dan mengecor kaki mereka sebagai wujud penolakan pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng. Foto : Sariman Lawantiran

 

  1. Pegunungan Kendeng Utara secara Sosio-Kultural adalah Warisan Budaya

Selain aksara dan sejarahnya, pegunungan Kendeng yang terletak di bagian utara Pulau Jawa ini adalah merupakan warisan budaya. Pegunungan ini menurut legendanya adalah tempat moksanya Nagaraja setelah mengajarkan Aji Ismu Gineng Sukmawedha kepada Prabu Anglingdarma. Memang seperti seekor ular naga raksasa yang sangat besar, pegunungan Kendeng ini melewati batas-batas administratif daerah yang ada. Liuk tubuhnya membujur dari Barat ke Timur melingkupi Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora, Jawa Tengah  hingga Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Sudah layaknya bahwa Pegunungan Kendeng ini menjadi situs Heritage Internasional.

  1. Pegunungan Kendeng adalah Kawasan Karst

Pegunungan yang berbentuk pada masa Meosen Tengah-Moesen Atas atau kurang lebih 25 juta tahun yang lalu berdasarkan skala waktu geologi tersebut merupakan lipatan perbukitan yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Fenomena karst di pegunungan Kendeng Utara ini tercermin melalui banyaknya bukit-bukit kapur kerucut, munculnya mata-mata air pada rekahan batuan, mengalirnya sungai-sungai bawah tanah dengan lorong goa sebagai koridornya.

  1. Penghancuran Pegunungan Kendeng bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Untuk menjaga keselarasan hubungan manusia dan alam di Pegunungan Kendeng, pemerintah sudah mengeluarkan berbagai peraturan diantaranya : Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 tentang RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Nasional menyatakan bahwa Kawasan Karst masuk dalam Areal Kawasan Lindung Nasional, Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih adalah kawasan geologi dan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 yang menetapkan wilayah ini sebagai kawasan lindung imbuhan air yang dinamakan Cekungan Air Tanah Watu Putih. Ini adalah beberapa regulasi pemerintah yang melindungi kelestarian Pegunungan Kendeng.

  1. Hampir segala sesuatu mengenai janji Pabrik Semen adalah Kebohongan

Pendirian pabrik semen di Pegunungan Kendeng rasanya perlu kita cermati. Karena hampir 70 persen janji yang diberikan pabrik semen kepada masyarakat adalah bohong. Pembangunan pabrik semen yang diharapkan mampu menyejahterakan masyarakat tidak terbukti. Lihat saja kasus di Tuban! Warga sekitar pabrik semakin miskin setelah tanah-tanah mereka dibeli pabrik. Lingkungan menjadi rusak debu pabrik berterbangan, bunyi ledakan bukit-bukit kapur merontokkan genteng, dan air mengering. Lapangan kerja di pabrik juga sulit dimasuki. Kenyataan hingga saat ini telah banyak membuktikan bahwa kegiatan industrialisasi telah banyak menyebabkan kerusakan lingkungan, mulai hilangnya mata air, polusi udara, polusi suara dan berkurangnya vegetasi, degradasi keanekaragaman hayati serta terkuak pula kebohongan-kebohongan perusahaan yang pada awalnya menjanjikan hal yang sama, yakni kesejahteraan masyarakat dan peningkatan ekonomi namun faktanya menyatakan sebaliknya, yaitu menciptakan kerusakan lingkungan dan kemiskinan global.

  1. Pegunungan Kendeng adalah Kawasan Konservasi

Persoalan lingkungan hidup bukan merupakan isu tersendiri, melainkan merupakan bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Terpeliharanya kawasan konservasi  seperti wilayah sumber mata air dan daerah aliran sungai merupakan bekal bagi kehidupan manusia, flora, dan fauna yang berkelanjutan. Karena di tahun-tahun mendatang konflik atas ari karena bencana kekeringan panjang akan semakin besar.

  1. Pendirian Pabrik Semen adalah Proyek Investasi Penghancuran Alam

Memang misi untuk mewujudkan iklim investasi yang dapat meningkatkan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat itu perlu, namun dengan maraknya pandangan dan rencana pendirian pabrik semen yang mengeksploitasi sumber daya alam tak terbaharukan ini mengakibatkan kerawanan bencana ekologi serta sosial. Mungkin beberapa bencana di Blora seperti puting beliung, banjir, tanah longsor, dan jembatan putus adalah beberapa contoh kecil yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. Potensi ekologi tersebut akan melonjak drastis. Alih guna lahan tanpa mengindahkan dampak terhadap lingkungan akan berakibat kerugian yang lebih banyak baik fisik maupun materi. Solusinya : Bangun pabrik yang padat karya, bukan padat modal.

  1. Dalam Qur’an telah disebutkan bahwa Gunung Kendeng Pasak Bumi yang mempunyai Fungsi

Dalam Alqur’an Surat An-Naml ayat 15 sudah dijelaskan bahwa :”Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk..

Lalu, apakah kita yang mengaku orang beragama, akan mengingkari ayat Tuhan kita sendiri?

  1. Penghancuran Pegunungan Kendeng adalah Konspirasi Pembunuhan Masal

Tidak ingatkah kita gempa dan tsunami berskala 9,1 skala richter pada tanggal 26 Desember 2004 yang melanda 12 negara di dua benua, Asia dan Afrika hingga menelan 280.000 korban jiwa manusia dengan korban terbesar 81.4% warga di satu propinsi Indonesia yaitu Serambi Mekah Nanggroe Aceh Darussalam?

Bila suatu saat ada gelombang frekuensi yang mengarah ke pesisir pantai utara Jawa, kemudian masuk ke tanah hingga ke kerak bumi dan menembus mantel bumi lebih jauh dari dalamnya samudera, di mana wilayah itu memang terletak di patahan yang tak stabil maka yang terjadi berikutnya adalah gempa bumi yang luar biasa. Bila itu terjadi di laut maka kemungkinan besar memicu timbulnya gelombang tsunami yang amat mengerikan!

Ketika pegunungan Kendengn sudah rata, untuk menenggelamkan kota Blora dan sekitarnya tidaklah butuh waktu lama. Lalu bagaimana masyarakat akan mencari keselamatan bila dataran tinggi seperti pegunungan sebagai tanggul air dan angin sudah tak ada? Siapa yang akan bertanggung jawab atas pembunuhan massal terencana yang sukses karena kebodohan kita sendiri? Dengan menyetujui pembangunan pabrik semen yang akan menghancurkan benteng terakhir dan membuat kuburan massal bagi orang Jawa beserta seluruh peradabannya.

Mari bersama kita tumbuhkan kesadaran dan berpartisipasi aktif untuk menjaga, menghijaukan, dan melestarikan pegunungan ini agar kembali dapat memberi manfaat yang baik bagi kehidupan masyarakat, dan bagian langsung dari aksi penyelamatan peradaban ini salah satunya adalah dengan menolak dan menghentikan rencana pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng Utara, Jawa Tengah, Indonesia.

Lestari Kendengku! Lestari Indonesiaku!

________________________________________________________________________

Selebaran ini dibagikan pada Aksi Penyelamatan Pegunungan Kendeng

Alun-alun Blora, Jawa Tengah, Jum’at Pon, 24 Maret 2017

JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) Kabupaten Blora