fbpx

BOEDI OETOMO DI BLORA : MENGENANG KEBERANIAN MAS TOER DAN KISAH CINTA dr. SOETOMO

dr. Soetomo untuk mendirikan Institut Boedi Oetomo di Blora
RT Said ( Bupati Blora ) mendesak dr. Soetomo untuk mendirikan Institut Boedi Oetomo di Blora
dr. Soetomo untuk mendirikan Institut Boedi Oetomo di Blora
RT Said ( Bupati Blora ) mendesak dr. Soetomo untuk mendirikan Institut Boedi Oetomo di Blora

 

Blora (20.05.2016) Boedi Oetomo merupakan organisasi pergerakan pemuda Jawa yang menjadi inspirasi lahirnya berbagai organisasi pergerakan pemuda di jaman Hindia – Belanda. Secara resmi organisasi ini berdiri pada 20 mei 1908 oleh tiga pemuda Jawa, dr. Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeradji. Ketiganya merupakan mahasiswa STOVIA, sekolah kedokteran pemerintah Hindia – Belanda yang berada di Batavia.

Soetomo sebagai tokoh utama dalam Boedi Oetomo memiliki ikatan sejarah yang kuat di Blora. Di Kota Mustika ini dr. Soetomo mendirikan Institut Boedi Oetomo (setingkat sekolah dasar) dan di kota ini pula tokoh kebangkitan nasional kelahiran 31 juli 1888 ini menemukan tambatan hatinya.

Institut Boedi Oetomo (sekarang SMP N 5 Blora) didirikan oleh dr. Soetomo atas desakan dari Regent (Bupati) Blora yang juga merupakan anggota Volksraad, R. Tumenggung Said pada 1917. Satu tahun kemudian, dr. Soetomo meninggalkan Kabupaten Blora untuk berdinas di Surabaya. Ditinggalkan dr. Soetomo, Institut Boedi Oetomo otomatis mengalami kelesuan.

Sebelum meninggalkan Blora, dr. Soetomo menikahi seorang janda keturunan belanda yang bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Zending Blora, Everdina Broening. Pernikahan lintas kelas sosial ini ditentang oleh teman seperjuangan dr. Soetomo dan keluarga Broening. Namun, kedua kekasih ini tidak menghiraukan hal itu dan tetap menikah.

Pada 1923, seorang guru Holland Inlandsche School Rembang bertekad untuk hijrah ke Blora dan mengajar di Institut Boedi Oetomo, pria ini bernama Mas Toer. Tumenggung Said menerima Mas Toer dengan senang hati, beliau pun berbagi tugas dengan Mas Toer. Tumenggung Said sebagai penyandang dana untuk kebutuhan Institut Boedi Oetomo, sedangkan Mas Toer sebagai pengajar sekaligus kepala sekolah.

Mas Toer dalam memimpin Institut Boedi Oetomo menekankan jiwa cinta tanah air dan mengobarkan semangat perlawanan kepada Hindia Belanda. Salah satu bentuk keberanian Mas Toer adalah penolakannya untuk menyanyikan lagu kebangsaan Belanda pada hari pernikahan putri mahkota Belanda, Juliana dengan Pangeran Bernard pada 1937.

Salah satu siswa Institut Boedi Oetomo adalah Pramoedya Ananta Toer, putra Mas Toer yang ketika dewasa menjadi maestro sastra di tanah air.

Sumber    : Merdeka.com dan artikel P. Hasundungan Sirait ( Toer, Guru Progresif dari Blora )

Editor      : M. Tohirin

Fotografi   : Wikipedia Bahasa Indonesia

Baca juga :

SOESILO TOER : HIDUP ITU MENANG ATAU KALAH